Kamis, 26 Desember 2013

KISAH MALAIKAT PENJAGA 7 PINTU LANGIT

Allah menciptakan tujuh malaikat
sebelum Dia menciptakan langit dan
bumi. Di setiap langit ada satu
malaikat yang menjaga pintu
Ibn Mubarak mengatakan bahwa
Khalid bin Ma’dan berkata kepada
sahabat Mu’adz bin Jabal RA,
“Ceritakanlah satu hadits yang kau
dengar dari Rasulullah SAW, yang
kau menghafalnya dan setiap hari
kau mengingatnya lantaran saking
keras, halus, dan dalamnya makna
hadits tersebut. Hadits manakah
yang menurut pendapatmu paling
penting ?”
Mu’adz menjawab, “Baiklah, akan
kuceritakan.”
Sesaat kemudian, ia pun menangis
hingga lama sekali, lalu ia bertutur,
“hmm, sungguh kangennya hati ini
kepada Rasulullah SAW, ingin
rasanya segera bersua dengan
beliau..” Ia melanjutkan, “Suatu saat
aku menghadap Rasulullah SAW.
Beliau menunggangi seekor unta
dan menyuruhku naik
dibelakangnya, maka berangkatlah
kami dengan unta tersebut.
Kemudian beliau menengadahkan
wajahnya ke langit, dan berdoa, “Puji
syukur kehadirat Allah, Yang Maha
Berkehendak kepada makhluq-Nya
menurut kehendak-Nya.”
Kemudian beliau SAW berkata,
“sekarang aku akan mengisahkan
satu cerita kepadamu yang apabila
engkau hafalkan, akan berguna
bagimu, tapi kalau engkau
sepelekan, engkau tidak akan
mempunyai hujjah kelak di hadapan
Allah SWT.
AMAL YANG TERTOLAK
“Hai, Mu’adz! Allah menciptakan
tujuh malaikat sebelum Dia
menciptakan langit dan bumi. Pada
setiap langit ada satu malaikat yang
menjaga pintu, dan tiap-tiap pintu
langit itu dijaga oleh malaikat
penjaga pintu sesuai kadar pintu
dan keagungannya. Maka, Malaikat
hafazhah (malaikat yang memelihara
dan mencatat amal seseorang) naik
ke langit dengan membawa amal
seseorang yang cahayanya bersinar-
sinar bagaikan cahaya matahari. Ia,
yang menganggap amal orang
tersebut banyak, memuji amal-amal
orang itu. Tapi, sampai di pintu
langit pertama, berkata malaikat
penjaga pintu langit itu kepada
malaikat hafazhah, “Tamparkanlah
amal ini ke wajah pemiliknya, aku
ini penjaga tukang pengumpat, aku
diperintahkan untuk tidak menerima
masuk tukang mengumpat orang
lain. Jangan sampai amal ini
melewatiku untuk mencapai langit
berikutnya.”
Keesokan harinya, ada lagi malaikat
hafazhah yang naik ke langit dengan
membawa amal shalih seorang
lainnya yang cahayanya berkilauan.
Ia juga memujinya lantaran begitu
banyaknya amal tersebut. Namun
malaikat di langit kedua
mengatakan, “berhentilah, dan
tamparkan amal ini ke wajah
pemiliknya, sebab dengan amalnya
itu dia mengharap keduniaan. Allah
memerintahkanku untuk menahan
amal seperti ini, jangan sampai
lewat hingga hari berikutnya.” Maka
seluruh malaikat pun melaknat
orang tersebut sampai sore hari.
Kemudian ada lagi malaikat
hafazhah yang naik ke langit dengan
membawa amal hamba Allah yang
sangat memuaskan, dipenuhi amal
sedekah, puasa, dan bermacam-
macam kebaikan yang oleh malaikat
hafazhah dianggap demikian banyak
dan terpuji. Namun saat sampai di
langit ketiga berkata malaikat
penjaga pintu langit yang ketiga,
“Tamparkanlan amal ini ke wajah
pemiliknya, aku malaikat penjaga
orang yang sombong. Allah
memerintahkanku untuk tidak
menerima orang sombong masuk.
Jangan sampai amal ini melewatiku
untuk mencapai langit berikutnya.
Salahnya sendiri ia menyombongkan
dirinya di tengah-tengah orang
lain".
Kemudian ada lagi malaikat
hafazhah yang naik ke langit
keempat, membawa amal seseorang
yang bersinar bagaikan bintang yang
paling besar, suaranya bergemuruh,
penuh dengan tasbih, puasa, shalat,
naik haji, dan umrah. Tapi, ketika
sampai di langit keempat, malaikat
penjaga pintu langit keempat
mengatakan kepada malaikat
hafazhah, “berhentilah, jangan
dilanjutkan. Tamparkanlah amal ini
ke wajah pemiliknya, aku ini penjaga
orang -orang yang suka ujub
(membanggakan diri). Aku
diperintahkan untuk tidak menerima
masuk amal tukang ujub. Jangan
sampai amal itu melewatiku untuk
mencapai langit yang berikutnya,
sebab ia kalau beramal selalu ujub.
Kemudian naik lagi malaikat
hafazhah ke langit kelima, membawa
amal hamba yang diarak bagaikan
pengantin wanita diiring kepada
suaminya, amal yang begitu bagus,
seperti amal jihad, ibadah haji,
ibadah umrah. Cahaya amal itu
bagaikan matahari. Namun, begitu
sampai di langit kelima, berkata
malaikat penjaga pintu langit
kelima, “Aku ini penjaga sifat hasud
(dengki, iri hati). Pemilik amal ini,
yang amalnya sedemikian bagus,
suka hasud kepada orang lain atas
kenikmatan yang Allah berikan
kepadanya. Sungguh ia benci
kepada apa yang diridhai Allah SWT.
Saya diperintahkan agar tidak
membiarkan amal orang seperti ini
untuk melewati pintuku menuju
pintu selanjutnya..”
Kemudian ada lagi malaikat
hafazhah naik dengan membawa
amal lain berupa wudhu yang
sempurna, shalat yang banyak,
puasa, haji, dan umrah. Tapi saat ia
sampai di langit keenam, malaikat
penjaga pintu ini mengatakan, “Aku
ini malaikat penjaga rahmat. Amal
yang seolah-olah bagus ini,
tamparkanlah ke wajah pemiliknya.
Salah sendiri ia tidak pernah
mengasihi orang. Apabila ada orang
lain yang mendapat musibah, ia
merasa senang. Aku diperintahkan
agar amal seperti ini tidak
melewatiku hingga dapat sampai
pada pintu berikutnya.”
Kemudian ada lagi malaikat
hafazhah naik ke langit ketujuh
dengan membawa amal seorang
hamba berupa bermacam-macam
sedekah, puasa, shalat, jihad, dan
kewara’a. Suaranya pun bergemuruh
bagaikan geledek. Cahayanya
bagaikan malaikat. Namun tatkala
sampai di langit yang ketujuh,
malaikat penjaga langit ketujuh
mengatakan, “Aku ini penjaga sum’at
(ingin terkenal / Riya).
Sesungguhnya orang ini ingin
dikenal dalam kumpulan, kumpulan,
selalu ingin terlihat lebih unggul
disaat berkumpul, dan ingin
mendapatkan pengaruh dari para
pemimpin.. Allah memerintahkanku
agar amalnya itu tidak sampai
melewatiku. Setiap amal yang tidak
bersih karena Allah, itulah yang
disebut Riya. Allah tak akan
menerima amal orang-orang yang
riya.”
Kemudian ada lagi malaikat
hafazhah naik membawa amal
seorang hamba : shalat, zakat,
puasa, haji, umrah, akhlak yang baik,
pendiam, tidak banyak bicara, dzikir
kepada Allah. Amalnya itu diiringi
para malaikat hingga langit ketujuh,
bahkan sampai menerobos memasuki
hijab-hijab dan sampailah kehadirat
Allah.
Para malaikat itu berdiri dihadapan
Allah. Semua menyaksikan bahwa
amal ini adalah amal yang shalih
dan ikhlas karena Allah SWT.
Namun Allah berfirman, ” Kalian
adalah hafazhah, pencatat amal-
amal hamba-Ku. Sedangkan Akulah
yang mengintip hatinya. Amal ini
tidak karena-Ku. yang dimaksud oleh
si pemilik amal ini bukanlah Aku.
Amal ini tidak diikhlaskan demi Aku.
Aku lebih mengetahui dari kalian
apa yang dimaksud olehnya dengan
amalan itu. Aku laknat dia, karena
menipu orang lain, dan juga menipu
kalian (para malaikat hafazhah). tapi
Aku tak’kan tertipu olehnya. Aku ini
yang paling tahu akan hal-hal yang
ghaib. Akulah yang melihat isi
hatinya, dan tidak akan samar
kepada-Ku setiap apapun yang
samar. tidak akan tersembunyi bagi-
Ku setiap apapun yang tersembunyi.
Pengetahuan-Ku atas apa yang telah
terjadi sama dengan pengetahuan-
Ku akan apa yang akan terjadi.
Pengetahuan-Ku atas apa yang telah
lewat sama dengan pengetahuan-Ku
atas apa yagn akan datang.
Pengetahuan-Ku kepada orang-orang
terdahu-Ku sebagaimana
pengetahuan-Ku kepada orang-orang
yang kemudian. Aku lebih tahu atas
apapun yang tersamar daripada
rahasia. Bagaimana bisa amal
hamba-Ku menipu-Ku. Dia bisa
menipu makhluk-makhluk yang tidak
tahu, sedangkan Aku ini Yang
Mengetahui hal-hal yang ghaib.
Laknat-Ku tetap kepadanya."
Tujuh malaikat hafazhah yang ada
pada saat itu dan 3000 malaikat lain
yang mengiringinya menimpali,
“Wahai Tuhan kami, dengan
demikian tetaplah laknat-Mu dan
laknat kami kepadanya.” Maka,
semua yang ada di langit pun
mengatakan, “Tetapkanlah laknat
Allah dan laknat mereka yang
melaknat kepadanya.”
TAHANLAH MULUTMU
Mu’adz pun kemudian menangis
terisak-isak dan berkata, “Ya
Rasulullah, bagaimana bisa aku
selamat dari apa yang baru engkau
ceritakan itu.?”
Rasulullah SAW menjawab, ” Wahai
Mu’adz, ikutilah nabimu dalam hal
keyakinan.!”
Mu’adz berkata lagi, ‘Wahai Tuan,
engkau adalah Rasulullah.
sedangkan aku ini hanyalah si
Mu’adz bin Jabal, bagaimana aku
dapat selamat dan terlepas dari
bahaya tersebut?”
Rasulullah SAW bersabda,
“seandainya dalam amalmu ada
kelengahan, tahanlah mulutmu,
jangan sampai menjelek-jelekkan
orang lain, dan juga saudara-
saudaramu sesama ulama. Apabila
engkau hendak menjelek-jelekkan
orang lain, ingatlah pada dirimu
sendiri. Sebagaimana engkau tahu
dirimu pun penuh dengan aib.
Jangan membersihkan dirimu
dengan menjelek-jelekkan orang
lain. Jangan mengangkat dirimu
sendiri engan menekan orang lain.
Jangan Riya dengan amalmu agar
diketahui orang lain. Janganlah
termasuk golongan orang yang
mementingkan dunia dengan
melupakan akhirat. Kamu jangan
berbisik-bisik dengan seseorang
padahal disebelahmu ada orang lain
yang tidak diajak berbisik. Jangan
takabur kepada orang lain, nanti
akan luput bagimu kebaikan dunia
dan akhirat. Jangan berkata kasar
dalam suatu majelis dengan maksud
supaya orang-orang takut akan
keburukan akhlaqmu itu. Jangan
mengungkit-ungkit apabila berbuat
kebaikan. Jangan merobek-robek
(pribadi) orang lain denga mulutmu,
kelak kamu akan dirobek-robek oleh
anjing-anjing neraka jahannam,
sebagaimana firman Allah,
“Wannaasyithaati nasythaa.” (Di
neraka itu ada anjing-anjing perobek
badan-badan manusia, yang
mengoyak-ngoyak daging dari
tulangnya.)
Aku (Mu’adz) berkata : “Ya
Rasulullah, siapa yang akan kuat
menanggung penderitaan semacam
ini ?”
Jawab Rasulullah SAW, Wahai
Mu’adz, yang kuceritakan tadi itu
akan mudah bagi mereka yang
dimudahkan oleh Allah SWT. Cukup
untuk mendapatkan semua itu,
engkau menyayangi orang lain
sebagaimana engkau menyayangi
dirimu sendiri, dan membenci
sesuatu terjadi kepada orang lain
apa-apa yang engkau benci bila
sesuatu itu terjadi kepadamu.
Apabila seperti itu, engkau akan
selamat, terhindar dari penderitaan
itu.”
Khalid bin Ma’dan (yang
meriwayatkan hadits itu dari Mu’adz
RA) mengatakan, “Mu’adz sering
membaca hadits ini sebagaimana
seringnya ia membaca Al-Qur’an,
mempelajari hadits ini sebagaimana
ia mempelajari Al-Qur’an dalam
majelisnya.
Subhanallah.....
Ambil lah hikmah dari kisah di atas..
Semoga ALLAH limpahkan kita dalam
iman dan takwa kepada-Nya kapan
dan dimanapun kita berada. Aamiin

Tidak ada komentar: